Seni Budaya Bangkalan
Tari ‘cakang’
Bangkalan -
Membangkitkan kembali apresiasi masyarakat terhadap budaya daerah,
seperti pada kesenian tari tradisional, memang tidaklah mudah,
terutama dilakukan di tengah demikian derasnya arus modernisasi yang
kini telah melanda semua bidang kehidupan. Sebenarnya, beberapa tahun
yang lalu telah ada upaya yang dilakukan oleh sekelompok pemerhati
budaya, diantaranya oleh kelompok yang menamakan diri “komunitas tera’
bulan’, melakukan kegiatan apresiasi seni pada setiap malam bulan
purnama. Namun kegiatan ini tidak bisa bertahan lama dan tidak muncul
lagi, penyebabnya mungkin sudah jenuh atau kurang lagi mendapatkan
perhatian dari masyarakat. Tampaknya belakangan ini telah ada upaya
untuk tetap melestarikan kesenian daerah, khususnya budaya Bangkalan
sebagaimana yang dilakukan oleh komunitas Sanggar Tari Tarara. Dari
usianya, memang masih relatif muda, namun komunitas seni yang dipimpin
oleh Sudarsono ini telah menghasilkan karya-karya tari yang mengagumkan.
Dengan mengkolaborasikan antara alat kesenian tradisonal seperti
gamelan, gambang, jidor dengan alat musik modern seperti gitar akustik,
Darso (panggilan akrab), telah mampu menghasilkan beberapa kreasi baru
seni tari yang kontemporer akan tetapi sarat dengan nuansa budaya
madura. Beberapa terobosan telah dilakukan oleh Darso untuk
memperkenalkan karyanya kepada publik, tidak hanya melalui berbagai
moment maupun event yang ada di Bangkalan. akan tetapi juga melakukan
tour ke beberapa kota seperti ke Sampang, Surabaya bahkan ke Jakarta
(Taman Mini, Jaya Ancol).
Diantara hasil karya tarinya yang spektakuler adalah tari ‘rampak jidor’.
Tari yang seluruh penarinya para dara ini merupakan tari yang
menggambarkan karakter orang madura yang sangat relegius. Seluruh gerak
dan alunan irama nyanyian yang mengiringi tari ini mengungkapkan sikap
dan ekspresi sebuah puji-pujian, do’a dan dzikir kepada Allah SWT.
Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Pemberi. Selain tari jidor adalah tari ‘bedoyo djukenes’,
sebuah tari yang menurut riwayat merupakan tari yang biasa digelar
untuk menyambut kedatangan prabu Cakraningrat IV yang dikenal pula
dengan Pangeran Sidingkap, salah satu dari raja-raja yang memerintah
madura di masa lampau. Tari bedoyo djukenes ini merupakan tari yang
mengandung maksud sebagai ekspresi ucapan selamat datang kepada prabu
seraya memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk memberikan perlindungan dan
keselamatan kepada beliau dalam memimpin rakyat madura menuju rakyat
yang sejahtera, adil dan makmur.
Tari “rampak jidor”, Bangkalan
Komunitas Sanggar Seni ‘Tarara’, pimpinan Sudarso
Seni Budaya Bangkalan
Tari “rampak jidor”, Bangkalan
0 komentar:
Posting Komentar